Friday, May 4, 2012

Jenis Imunisasi


  •    Bacillus Calmette Guerin (BCG)     
 BCG adalah vaksin untuk mencegah penyakit tuberkulosis (TB) atau yang biasa disebut flek paru oleh kalangan  awam. Vaksin BCG wajib diberikan karena Indonesia termasuk negara endemis TB dan salah satu negara dengan penderita tuberkulosis tertinggi di dunia. TB mudah sekali menular melalui butiran air di udara yang terbawa keluar saat penderita batuk, bernapas, atau bersin. Pemberian vaksin BCG cukup dilakukan satu kali dan tidak perlu diberi vaksin ulangan (booster). Pemberian imunisasi BCG dilakukan sebelum bayi berusia 3 bulan. Jika imunisasi baru dilakukan setelah usia bayi lebih dari 3 bulan, anda disarankan melakukan uji tuberkulin sebelum mengimunisasi anak untuk mengetahui apakah si bayi telah terinfeksi kuman tuberkulosis. Vaksinasi dilakukan bila tes tuberkulin menunjukkan hasil negatif.
          Info terkini: Laporan TB dunia oleh WHO pada 2006 masih menempatkan Indonesia sebagai daerah dengan TB terbesar nomor tiga di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah kasus baru sekitar 539.000 dan jumlah kematian sekitar 101.000 per tahun. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menempatkan TB sebagai penyebab kematian ketiga terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan, dan merupakan kasus terbesar dalam kelompok penyakit infeksi menurut data Depkes RI 2007.

  • Hepatitis B
          Ini adalah jenis vaksinasi yang pertama kali akan didapatkan bayi anda. Biasanya vaksinasi diberikan beberapa saat setelah kelahiran, karena penularan berasal dari ibu yang menyandang virus Hepatitis B aktif. Si kecil akan kembali mendapatkan dua kali suntikan ulang satu dan lima bulan kemudian.
          Hepatitis B adalah penyakit liver (hati) yang sangat menular dan dapat menjadi kronis serta menginfeksi tubuh seumur hidup sehingga menyebabkan kanker hati.
          Info terkini: Karena Hepatitis B ditularkan melalui hubungan seksual dan jarang diasosiasikan dengan bayi, perlunya imunisasi jenis ini sering membingungkan para orang tua. Pemberian imunisasi pertama kali setelah kelahiran diperlukan karena seorang ibu yang terinfeksi (tanpa disadari) dapat dengan mudah menularkan virus tersebut pada anaknya saat proses melahirkan. Penyakit ini juga sangat membahayakan bayi: 90% dari kasus bayi yang terkena Hepatitis B menjadi kronis dan satu dari empat bayi meninggal dunia. Sementara hanya 6% orang dewasa yang terkena hepatitis akan menderita hepatitis kronis sebagai awal terjadinya pengerasan hati (sirosis)  dan berlanjut menjadi kanker hati.


OPV
  • Polio
          Saat Jonas Salk menemukan vaksin polio yang aman dan efektif di tahun 1953, ini menjadi berita yang luar biasa. Saat itu penyakit polio, yang bisa membuat lumpuh dan umumnya menyerang anak-anak sangat mengerikan para orang tua.
          Tahukah anda? Polio masih menjadi ancaman, ditemukan lebih dari 1.300 kasus polio di seluruh dunia di tahun 2006. Karena 95% orang yang terkena virus ini tidak menunjukkan gejala apapun (kasus kelumpuhan hanya timbul pada 1% penderita), maka penyakit ini umumnya terabaikan begitu saja, menjadikan pencegahan melalui imunisasi sebagai hal yang sangat penting. Walaupun kasus polio sudah tidak ada di Indonesia, vaksin polio tetap harus diberikan karena kemungkinan anak terjangkit virus yang "diimpor" dari negara lain. Coba anda ingat kembali peristiwa polio "impor" pada 2005 yang dimulai dari Desa Cidahu, Kab. Sukabumi, Jawa Barat yang telah menyebabkan sekitar 300 anak menderita polio. Virus terssebut diduga berasal dari Afrika atau dari Arab Saudi.


Pertusis
  • Difteri, Tetanus, Pertusis
          Vaksin  DPwT (mengandung sel utuh bakteri pertusis) atau DPaT (hanya mengandung komponen pertusis) terdiri dari lima dosis suntikan yang berguna melindungi bayi dari difteri (penyakit pernapasan), tetanus (infeksi bakteri yang berpotensi fatal), dan pertusis (batuk rejan). Huruf "a" pada DPaT adalah 'aselular' pertusis dengan efek samping yang jauh lebih ringan, seperti tidak timbulnya demam yang umum terjadi pada vaksinasi DPT. Anak anda akan menerima empat kali suntikan dalam selang waktu antara usia 2 sampai 18 bulan. Suntikan yang terakhir dilakukan saat ia berusia 5 sampai 6 tahun.
          Info terkini: Batuk rejan atau pertusis adalah jenis penyakit yang mampu dicegah dengan pemberian vaksinasi. Gejala yang timbul adalah batuk keras tanpa henti karena lendir yang sangat kental sehingga anak mudah muntah. Lendir tersebut sangat berbahaya jika terjadi pada bayi, si bayi menjadi biru atau berhenti bernapas. Dan ada suara lenguhan panjang saat anak anda menarik napas di antara batuknya. Meskipun orang dewasa dan anak yang lebih besar umumnya dapat sembuh, risiko terbesar timbul jika mereka menularkan penyakit ini kepada bayi. Bayi terserang pertusis pada usia enam bulan pertama sebelum mereka sempat mendapatkan tiga kali suntikan DPaT akan berada dalam keadaan bahaya. Statistik yang ada menunjukkan angka yang sangat menyeramkan: 90% dari kematian akibat pertusis yang dilaporkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat selama tahun 2000 hingga 2004 terjadi pada bayi di bawah 4 bulan.  


  • Campak, Gondongan, Rubella (MMR)
          Ketiga jenis penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi serius. Campak menyebabkan radang paru (pneumonia) dan radang otak terutama pada anak dengan gizi buruk. Rubella yang menyerang ibu hamil akan menyebabkan cacat pada janin yang dikandung (kebocoran jantung dan kelainan mata). Pada beberapa kasus, gondongan juga bisa menyebabkan tuli. Anak anda akan mendapatkan dua kali vaksinasi MMR untuk ketiga macam penyakit ini: pertama di usia 15 bulan, kedua di antara usia 5-6 tahun.
          Info terkini: Di Indonesia, imunisasi campak diberikan sejak usia 9 bulan. Kemudian diulang dengan vaksin MMR pada usia 15 bulan dan 5-6 tahun. Saat ini Depkes RI melakukan imunisasi campak tambahan pada anak kelas 1 sekolah dasar dalam program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).

  • Hemofilus Influenza Tipe B (HIB) 
          Hib menyebabkan penyakit pneumonia dan radang selaput otak (meningitis) yang sangat berbahaya. Meningitis virus akan sembuh dengan sendirinya tanpa perlu pengobatan tertentu, tapi meningitis yang disebabkan bakteri (misalnya Hib) dapat menjadi fatal bagi tubuh hanya dalam hitungan hari. Sebelum vaksin ini ditemukan di tahun 1980-an, Hib merupakan penyebab utama timbulnya bakteri meningitis yang menginfeksi anak-anak di bawah 5 tahun. Dua per tiga dari kasus ini ditemukan pada bayi berusia di bawah 18 bulan. Kini, vaksinasi dilakukan sebanyak tiga kali, pertama pada usia 2, 4, 6 bulan. Lalu diulang pada usia 12-15 bulan. Vaksinasi ini terbukti sangat efektif. Kasus Hib menurun drastis hingga 99%. 

  • Meningokokus
          Penyakit meningokokus adalah  juga jenis penyakit yang bisa memicu timbulnya meningitis yang disebabkan oleh bakteri meningokokus. Dalam  hitungan jam, seorang anak yang menderita meningitis bisa meninggal dunia, menderita tuli, atau kehilangan anggota tubuh karena penyakit gangren.
          Perlu anda tahu: Penyakit ini banyak dijumpai di Afrika sebagai endemik meningokokus. Di Indonesia, bakteri tersebut tidak dijumpai sehingga tidak ada imunisasi rutin. Vaksinasi hanya diperlukan bagi calon jemaah haji yang kemungkinan besar bertemu dengan jamaah dari Afrika. Vaksin meningokokus (MCV4) mampu melindungi tubuh dari penyakit meningokokus selama dua tahun.

  • Pneumokokus
          Penyakit pneumokokus paling berbahaya jika menyerang anak berusia di bawah 2 tahun. Penyakit ini menyebabkan infeksi telinga, pneumonia (radang paru-paru), infeksi darah, dan meningitis yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus. Vaksinnya bernama PCV (Pneumococcal conjugate vaccine). Diberikan saat anak berusia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan rentang usia 12-15 bulan. Vaksin ini 80% melindungi anak dari bibit penyakit penyebab meningitis pneumokokus. Dikombinasikan dengan vaksin Hib, keduanya memberi hasil yang luar biasa dalam memerangi penyakit ini.
          Tahukah anda? Vaksin ini penting diberikan pada anak karena bakteri pneumokokus telah menunjukkan kekebalan terhadap berbagai jenis antibiotika.


  • Influenza 
          Diberikan sekali dalam setahun, vaksinasi ini berfungsi untuk melindungi tubuh anak dari penyakit flu yang disebabkan oleh virus influenza yang umumnya menyabar bebas di udara. Imunisasi dianjurkan untuk diberikan saat pergantian musim, saat dimana penyakit flu banyak terjadi. Untuk anak usia 8 tahun ke bawah, dosis pertama yang disarankan adalah dua kali penyuntikan dengan rentang waktu antara empat hingga enam minggu. Vaksin influenza berisi virus flu yang telah dimatikan dan aman bagi bayi usia 6 bulan ke atas. Selain diberikan kepada anak sehat, vaksin ini juga perlu diberikan kepada anak dengan risiko tinggi, misalnya penderita penyakit kronik seperti asma, kelainan jantung bawaan dan diabetes.
          Info terkini: Mulai 2006, CDC merekomendasikan pemberian vaksin flu bagi anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun, begitu pula dengan seluruh anggota keluarganya (anak berusia di atas 5 tahun yang menderita asma atau penyakit kronis lain sebaiknya juga mendapatkan vaksin ini). Studi terbaru menunjukkan bahwa ibu yang mendapatkan vaksinasi flu saat kandungannya berada pada trimester terakhir, melahirkan bayi-bayi yang terlindung dari penyakit influenza selama 6 bulan pertama kehidupannya.


  • Varisela (Cacar Air)
          Vaksinasi cacar air ditemukan sepuluh tahun yang lalu di Amerika Serikat. Tujuan utamanya untuk menekan angka cacar air di dunia: sekitar 10% dari anak-anak yang sudah di vaksinasi paa usia 12 dan 18 bulan masih dapat tertular penyakit ini, meskipun kasus yang ditemukan cenderung lebih ringan. Dengan asumsi bahwa menderita cacar air bukan hal yang luar biasa, beberapa orang tua menolak pemberian vaksin ini.
       Bahkan beberapa di antara mereka membawa anak mereka ke "pesta cacar air" dimana orang tua dengan sengaja mengekspos anak mereka dengan anak lain yang sedang menderita cacar air agar ikut tertular. Para ahli sangat menyayangkan hal ini karena cacar air tidak selalu jenis penyakit ringan. Komplikasi penyakit ini dapat menyebabkan timbulnya pneumonia (radang paru-paru) hingga radang otak (ensefalitis).
          Info terkini: Untuk mencegah kasus penularan cacar air di masyarakat, IDAI menganjurkan agar anak-anak yang berusia 4 hingga 6 tahun mendapatkan vaksinasi ulang. Vaksinasi ini di AS tersedia dalam kombinasi vaksin MMR, yaitu vaksin MMRV yang hingga kini belum tersedia di Indonesia. Dengan vaksin kombinasi, anak anda tidak perlu disuntik berulang kali, cukup digabung dengan jadwal vaksin MMR-nya.
           
  • Hepatits A
          Hepatitis A yang ditularkan melalui makanan yang tercemar adalah penyakit hati seperti Hepatitis B. Bedanya Hepatitis A tidak menjadi kronis seperti tipe B. Vaksinnya dibutuhkan setidaknya selama satu bulan agar anak-anak bisa sembuh dari penyakit ini. Anak anda akan mendapatkan dua dosis suntikan setelah umur 2 tahun. Jarak antar suntikan setidaknya berselang enam bulan.
          Info terkini: Dulu vaksin ini hanya diberikan bagi anak-anak yang tinggal di daerah yang memiliki penyebaran penyakit Hepatitis A yang cukup tinggi. Vaksin ini jelas diperlukan, terutama sejak usia 2 tahun anak sudah mulai menyukai makanan jajanan.

  • Tifoid
          Penyakit demam tifoid (tifus) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang masuk melalui saluran pencernaan melalui makanan yang tercemar, lalu menyebar ke seluruh tubuh. Gejalanya adalah demam yang dapat berlangsung lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan, napas tak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput lendir kotor, bagian ujung dan tepi lidah kemerahan. Terkadang penderita juga mengalami perut kembung, hati dan limpa membesar, dan dapat terjadi diare. Mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar dapat menyebabkan seseorang terkena infeksi demam tifoid. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah perdarahan usus atau luka pada usus. Jika hal itu terjadi, tindakan operasi perlu dilakukan. kasus tifoid paling tinggi terjadi pada anak usia sekolah yang kerap mengkonsumsi makanan jajanan.
          Perlu anda tahu: Pemberian vaksinasi tifoid hampir tidak menimbulkan efek samping. Hanya sedikit kasus pemberian vaksin tifoid yang mengakibatkan sedikit rasa sakit pada bekas suntikan yang akan segera hilang kemudian. Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk anak berusia di atas 2 tahun. Imunisasi ini perlu diulang setiap 3 tahun.


  • Rotavirus
          Virus yang sangat umum ini adalah penyebab utama diare akut pada bayi dan balita. Karena bayi sering kali harus dirawat di rumah sakit ketika mengalami dehidrasi, rotavirus menjadi jenis vaksinasi yang diprioritaskan dalam pengembangan penemuan vaksinasi di Amerika. Vaksin sebelumnya telah ditarik dari peredaran di tahun 1999 karena justru meningkatkan risiko timbulnya jenis penyakit langka yang menghambat penyerapan usus. Di Indonesia, sedikitnya satu dari lima kejadian diare pada anak disebabkan oleh rotavirus. Saat ini, AS, hampir di semua negara Eropa, China, India, Bangladesh, dan Filipina sudah menggunakan vaksin rotavirus. Di Jakarta dan Surabaya sekitar 21-42% balita meninggal akibat diare dari rotavirus. Di Indonesia kematian anak karena diare tercatat sebanyak 50.400 per tahun. Dari jumlah itu, 10.088 di antaranya akibat rotavirus.
          Info terkini: Vaksin rotavirus terbaru terbukti aman dan efektif. Penelitian secara mendalam menemukan bahwa vaksin rotavirus sebenarnya tidak meningkatkan risiko timbulnya penyakit yang menginfeksi usus. Vaksin rotavirus bahkan memiliki "kemampuan ganda", yakni mampu mencegah timbulnya rotavirus, juga bisa mengurangi gejala yang timbul pada anak yang menderita penyakit ini.
          Bonus khusus: Vaksin rotavirus tidak disuntikkan melainkan berupa vaksin cair yang diberikan lewat mulut. Penentuan waktu pemberian vaksinasi ini sangat penting. Idealnya, bayi harus mendapatkannya saat berusia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan. Bayi harus mendapatkan ketiga dosis ini secara lengkap sebelum usianya mencapai 32 minggu.

  • HPV
         CDC memperkirakan bahwa lebih dari 20 juta orang di Amerika Serikat terinfeksi virus human papilomavirus (HPV). Virus yang paling umum ditularkan melalui hubungan seksual ini menjadi penyebab utama timbulnya kanker leher rahim (kanker serviks) yang menewaskan setidaknya 3.700 wanita setiap tahunnya. Di Indonesia satu orang wanita meninggal setiap hari karena kanker leher rahim. Vaksinasi terbaru terformulasi dalam tiga dosis suntikan dan direkomendasikan bagi anak perempuan usia 11-12 tahun.
          Info terkini: Karena HPV adalah penyakit menular seksual, pemberian vaksinasi jenis ini menimbulkan banyak kontroversi. Akan tetapi, studi klinis menunjukkan bahwa vaksinasi ini terbukti 100% efektif melindungi tubuh dari dua macam bibit penyakit HPV yang menyebabkan kanker leher rahim pada 70% kasus. "Tujuan vaksinasi adalah untuk melindungi anak perempuan sebelum mereka aktif secara seksual dan terekspos virus HPV", ungkap Dr. Bernstein, anggota Committee on Infectious Diseases pada American Academy of Pediatrics.


No comments:

Post a Comment